Wednesday 22 June 2011

Keanehan yang Dibuat-buat Pada Bulan Rajab

Bulan Rajab
Voa Islam - Al-hamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah untuk Rasulullah, penutup para nabi dan Rasul, beserta keluarga dan para sahabatnya. . .

Kaum muslimin mengetahui bahwa bulan Rajab termasuk salah satu dari bulan-bulan haran yang Allah sebutkan dalam firman-Nya,

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu." (QS. Al-Taubah: 36)

Dan disebutkan dalam Shahihain, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saat berkhutbah pada haji Wada' mengatakan,

إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

"Sesungguhnya zaman telah beredar sebagaimana yang ditentukan semenjak Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun terdapat dua belas bulan diantaranya empat bulan haram; tiga bulan diantaranya berurutan, (keempat bulan haram itu adalah) Dzulqa’dah, Dzulhijjah Muharram dan Rajab bulan Mudhar yang berada diantara Jumada (Akhirah) dan Sya’ban." (HR. Bukhari dan Muslim)

Kenapa dinamakan bulan haram?
Para ulama berselisih pendapat mengenai sebab penamaan bulan haram ini. Sebagian mereka mengatakan, dinamakan bulan haram dikarenakan besarnya kehormatan dan keagungan bulan-bulan tersebut serta besarnya akibat dari dosa yang dilakukan padanya. Ibnu Abi Thalhah dari Ibnu Abbas radliyallahu 'anhu mengatakan, "Allah menghusukan empat bulan yang Dia jadikan sebagai bulan-bulan haram, mengagungkan kehormatannya, menjadikan dosa yang dikerjakan di dalamnya jauh lebih besar (dari bulan-bulan lainnya) dan Dia menjadikan amal shaleh dan pahala (di bulan tersebut) juga lebih besar."

Sebagian pendapat yang lain mengatakan, karena diharamkan perang di dalamnya. Dan tentang larangan berperang pada bulan ini sudah menjadi kebiasaan orang-orang jahiliyyah sejak dahulu, bahkan sejak masa Nabi Ibrahim 'alaihis salam.

. . . Dinamakan bulan haram dikarenakan besarnya kehormatan dan keagungan bulan-bulan tersebut serta besarnya akibat dari dosa yang dilakukan padanya ...

Kenapa dinamakan bulan Rajab?
Menurut Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah, dinamakan bulan Rajab karena dia diagungkan atau dihormati. Jika dikatakan rajaba fulanun maulaahu (Si fulan menghormati tuannya). Kaum jahiliyah sejak dahulu telah mengagungkan dan menghormati bulan ini.

Sebagian ulama, sebagaimana yang dikutip oleh Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam Lathaif Al Ma’arif, bahwa bulan Rajab memiliki sekitar 14 nama dan sebagian lagi menyebut hingga 17 nama. Di antaranya adalah Rajab (mulia, terhormat, agung), Rajab Mudhar (sangat, lebih kemuliaan dan keharamannya), Munshil Asnah (melepas anak penah), Al-Ashamm (tuli), Al-Ashabb (mengena, mendapatkan), Munfis (yang indah dan bagus), Muthahhir (mensucikan, membersihkan), Ma'la (tempat tinggi), Muqim (berdiam diri), Haram (lemah tua), Muqasyqisy (terpelihara), Mubri' (bebas, lepas), Fard (menyendiri), sebagaimana sebagian yang lain menyebutnya sebagai Syahrullah (bulan Allah).

Kata rajab juga memiliki beberapa bentuk jama', di antaranya Arjaab, Rajabaanaat, Arjabah, Araajib dan Rajaabii, sebagaimana yang disebutkan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar yang menukil penjelasan dari Ibnu Dihyah (Lihat Muqaddimah Tabyiin Al ‘Ajab)

. . . Dinamakan bulan Rajab karena dia diagungkan atau dihormati ...

Pengagungan orang jahiliyah terhadap bulan Rajab
Sejak dahulu, bangsa jahiliyah telah mengagungkan bulan Rajab ini, khususnya kabilah Mudharr. Karenanya disebutkan dalam hadits رَجَبُ مُضَرَ (rajab Mudharr). Ibnul Atsir dalam al-Nihayah, berkata: "Diidhafahkannya Rajab kepada Mudharr, karena mereka sangat-sangat mengagungkannya (bulan Rajab) yang berbeda dengan lainnya. Seolah-olah mereka semata yang mengistimewakannya."

Sejak dahulu pula, masyarakat jahiliyah telah mengharamkan perang pada bulan itu sehingga mereka menamakan perang yang terjadi pada bulan-bulan tersebut dengan Harbul Fujjar (perangnya orang-orang jahat), mereka bersama-sama melakukan doa pada hari kesepuluh dari bulan itu untuk mendoakan keburukan bagi orang dzalim, dan doa mereka dikabulkan.

"Sesungguhnya Allah membuat hal itu bagi mereka untuk mengekang sebagian mereka dari yang lain. Dan sungguh Allah menjadikan hari kiamat sebagai hari yang dijanjikan bagi mereka, sedangkan hari kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit," kata Umar bin Khathab radliyallahu 'anhu.

Mereka dahulu juga biasa menyembelih binatang sembelihan yang dinamakan Al-Athirah, yaitu kambing yang disembelih sebagai persembahan bagi berhala-berhala mereka, sedangkan darahnya dituangkan di atas kepala berhala itu. Lalu Islam membatalkan perbuatan itu berdasarkan riwayat Shahihain, "Tidak ada Fara' (anak pertama dari unta atau kambing yang disembelih sebagai persembahan bagi berhala) dan 'Athirah (hewan yang disembelih pada sepuluh hari pertama dari bulan Rajab sebagai persembahan bagi berhala, juga dikenal dengan Rajabiyah)."

Sebagian ulama salaf berkata, "Bulan Rajab adalah bulan menanam, Sya'ban bulan menyirami tanaman, sedangkan bulan Ramadlan adalah bulan memetik/memanen."

Diriwayatkan Al-Baihaqi dalam Syu'abul Imam dan Al-Da'awat al-Kabiir, dari Anas bin Malik berkata, "Adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam apabila memasuki bulan Rajab, beliau berdoa, Allahumma Baariklanaa Fii Rajaba wa Sa'baana wa Ballighnaa Ramadhaan (Ya Allah berkahilah kami dalam bulan Rajab dan Sya'ban serta sampaikan kami pada bulan Ramadlan)." Namun sayang hadits ini lemah sehingga tidak bisa diamalkan.

"Bulan Rajab adalah bulan menanam, Sya'ban bulan menyirami tanaman, sedangkan bulan Ramadlan adalah bulan memetik/memanen."

Bid'ah mungkar di bulan Rajab
Banyak orang yang membuat hal-hal baru (amal-amal bid'ah) dalam pada Rajab. Padahal Allah tidak pernah menurunkan tuntunan tentangnya, sementara para ulama telah memperingatkan, sebagaimana yang dilakukan Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim, Al-Syaathibi, Ibnu Rajab al-Hambali, al-Thurthusi, Ibnul Hajar, Syaikh Ali Mahfudz, Syaikh Ibnu Bazz, Syaikh Utsaimin, Syaikh Al-Fauzan, Syaikh Al-Albani dan lainnya rahmatullah 'alihim 'ajmain.

Berikut ini kami sebutkan beberapa kebid'ahan yang marak terjadi pada bulan Rajab. Kami menyebutkan ini tidak lain agar kita mengenalnya dan tidak tertipu olehnya, sebagaimana ungkapan syair, "Aku mengetahui keburukan bukan untuk mengamalkannya, tapi untuk menjauhinya. Siapa yang tidak mengetahui keburukan bisa dipastikan akan terjerumus ke dalamnya."

1. Shalat Alfiyah, yaitu shalat 100 rakaat dengan membaca surat Al-Ikhlash sebanyak 10 kali pada setiap rakaat, jadi jumlah surat Al-Ikhlash yang dibaca sebanyak seribu rakaat. Shalat ini dikerjakan pada hari pertama dari bulan Rajab dan pada pertengahan Sya'ban (nisfu Sya'ban).

2. Shalat Umi Dawud, yaitu shalat yang dilaksanakan pada pertengahan Rajab (nisfu Rajab), sebagaimana yang disebutkan Syaikhul Islam dalam Al-Iqtidha' hal. 293.

3. Shalat Raghaib (terkadang disebut dengan shalat Itsna 'Asyariyah), yaitu shalat malam Jum'at pertama dari bulan Rajab sesudah Isya'. Jumlah rakaanya dua belas. Pada setiap rakaat dibaca surat Al-Fatihah sekali, Surat al-Qadar tiga kali, dan surat Al-Ikhlas dua belas kali. Setiap dua rakaat ada salam. Shalat ini tidak pernah dicontohkan oleh Nabi dan para sahabatnya. Shalat ini dikenal setelah tahun abad keempat Hijriyah. Ibnu Rajab berkata dalam Lathaif al-Ma'arif (hal. 140), "Adapun shalat, tidak dibenarkan adanya shalat khusus yang dikerjakan pada bulan Rajab. Sedangkan hadits-hadits yang menyebutkan keutamaan shalat Raghaib pada malam Jum'at pertama dari bulan rajab adalah hadits dusta, batil, dan tidak sah."

". . . . Sedangkan hadits-hadits yang menyebutkan keutamaan shalat Raghaib pada malam Jum'at pertama dari bulan rajab adalah hadits dusta, batil, dan tidak sah." Ibnu Rajab

4. Puasa sunnah pada bulan rajab. Tidak ada hadits shahih marfu’ yang mengkhususkan puasa sunnah di bulan Rajab, baik pada hari pertama, kedua, ketiga, ketujuh, atau pada keseluruhannya. Sedangkan hadits-hadits yang menunjukkan adanya puasa model di atas, statusnya maudhu' (palsu). Di antaranya, hadits yang menyebutkan: "Siapa yang puasa tiga hari pada bulan Haram, yaitu hari Kamis, Jum'at, dan Sabtu, maka Allah akan mencatat baginya pahala ibadah 700 tahun," dan dalam riwayat lain, "60 tahun". Hadits lainnya, "Puasa hari pertama dari bulan Rajab merupakan kafarat (penghapus dosa) untuk tiga tahun, pada hari kedua sebagai kafarat untuk dua tahun, lalu pada setiap harinya untuk kafarat selama satu bulan." Hadits yang lain yangtidak kalah masyhur, "Rajab adalah syahrullah (bulan Allah), Sya'ban adalah bulanku (Nabi Muhammad), dan Ramdlan adalah bulan umatku." Semua riwayat ini adalah palsu dan dusta.

Sedangkan mengisi bulan Rajab dengan puasa sebulan penuh telah diingkari oleh para ulama. Beberapa sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam diantaranya Aisyah, Umar bin Khaththab, Abu Bakrah, Ibnu Abbas dan Ibnu Umar radhiyallahu 'anhum jami’an telah mengingkari orang yang berpuasa penuh di bulan Rajab atau mengkhususkan puasa di bulan Rajab.

Ibnu Rajab berkata, "Adapun puasa, tidak ada keterangan yang sah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya tentang keutamaan puasa khusus pada bulan Rajab."

Diriwayatkan dari Umar bin Khathab radliyallahu 'anhu, bahwa beliau pernah memaksa seseorang untuk membatalkan puasa Rajab dan berkata, "Apa itu (puasa) Rajab? Sesungguhnya Rajab diagungkan oleh orang Jahiliyah, maka ketika datang Islam hal itu ditinggalkan."

Ibnul Hajar berkata dalam Tabyin al-'Ajab bimaa Warada fii Fadhli Rajab : "Tidak terdapat dalil shahih yang layak dijadikan hujah tentang keutamaan bulan Rajab dan tentang puasanya, tentang puasa khusus padanya, dan qiyamullail (shalat malam) khusus di dalamnya."

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata tentang hadits-hadits keutamaan berpuasa dan shalat khusus di bulan Rajab, “Seluruhnya dusta menurut kesepakatan para ulama.”

Syaikh Utsaimin rahimahullah berkata, “Tidak ada keutamaan khusus yang dimiliki oleh bulan Rajab dibandingkan dengan bulan-bulan haram lainnya, tidak dikhususkan umrah, puasa, shalat, membaca Al-Qur'an bahkan dia sama saja dengan bulan haram lainnya. Seluruh hadits-hadits yang menyebutkan keutamaan shalat atau puasa padanya maka derajatnya lemah yang tidak boleh dibangun di atasnya hukum syar’i”

Tidak ada hadits shahih marfu’ yang mengkhususkan puasa sunnah di bulan Rajab, baik pada hari pertama, kedua, ketiga, ketujuh, atau pada keseluruhannya.

Namun bukan berarti berpuasa sunnah seperti puasa Senin-Kamis, tiga hari setiap bulan, Puasa Dawud, atau puasa mutlak pada bulan Rajab tidak diperbolehkan. Ibnu Shalah rahimahullah berkata, “Tidak ada hadits shahih yang melarang atau menganjurkan secara khusus berpuasa di bulan Rajab maka hukumnya sama saja dengan bulan lainnya yaitu anjuran berpuasa secara umum."

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Tidak ada larangan demikian pula anjuran secara khusus untuk berpuasa di bulan Rajab akan tetapi secara umum hukum asal puasa adalah dianjurkan."

5. Berziarah ke kuburan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada bulan ini. Menziarahi kuburan dan Masjid Nabi shallallahu 'alaihi wasallam disyariatkan sepanjang tahun, sebagaimana amal-amal taqarrub dan ketaatan lainya. Tetapi, menghususkan pada bulan ini termasuk bid'ah yang tidak memiliki landasan dalil. Menghususkan waktu ibadah yang tidak pernah Allah dan Rasul-Nya khususkan waktunya, maka termasuk bid'ah yang haram. Maka perhatikanlah hal ini. Dan sesungguhnya Syaikh Al-Albani dalam Ahkam al-Janaiz wa Bida'uha (Hukum-hukum seputar penyelenggaraan jenazah dan kebid'ahan-lebid'ahannya) telah menyebutkan keterangan ini dengan gamblang.

Menghususkan ziarah kubur ke makam Nabi pada bulan ini termasuk bid'ah yang tidak memiliki landasan dalil.

6. Memperingati Isra'-Mi'raj pada malam ke dua puluh tujuhnya, membaca kisah Mi'raj Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan mengadakan makan-makan dan pesta-pesta. Ini termasuk bid'ah yang munkar. Biasanya mereka membaca kisah Mi'raj yang dinisbatkan kepada Ibnu 'Abbas, padahal semuanya dusta dan menyesatkan.

Perayaan ini tidak boleh dikerjakan berdasarkan pertimbangan berikut ini :

- Para ahli ilmu berselisih pendapat tentang penentuan tanggal terjadinya peristiwa besar ini. Tidak ada dalil shahih yang menentukan malam tersebut, begitu juga bulannya. Dan setiap hadits yang menentukan waktu terjadinya malam tersebut adalah hadits lemah menurut para ulama hadits.

- Bahkan sekiranya ada dalil shahih yang menentukan kapan terjadinya Isra’-Mi’raj maka tidak boleh bagi kaum muslimin mengkhususkannya dengan ibadah-ibadah tertentu yang tidak pernah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

- Pada malam perayaan tersebut, biasanya, terjadi perkara-perkara yang munkar. Sebagian ulama berkata, "Banyak orang terjerumus ke dalam kemungkaran dengan perayaan yang mereka lakukan pada malam tersebut. Mereka membuat-buat banyak kebid'ahan di dalamnya, seperti berkumpul di masjid dengan menyalakan lilin dan lampu di dalamnya."

Dan setiap hadits yang menentukan malam terjadinya Isra'-Mi'raj adalah hadits lemah menurut para ulama hadits.

Fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Bazz
Syaikh Abdul Aziz bin Bazz rahimahullah berkata, "Malam ini, yaitu malam Isra'-Mi'raj, tidak ada hadits shahih yang menentukan pasti (waktunya), apakah di bulan Rajab atau selainnya. Dan setiap riwayat yang menentukan waktu terjadinya malam tersebut adalah lemah menurut para ulama hadits.

Dan tentang hikmah Ilahiyyah dengan tidak diketahuinya waktu dan pada malam keberapa secara pasti telah disebutkan oleh Syaikh sebagai berikut: "Dan dilupakannya manusia akan waktu terjadinya merupakan hikmah besar yang dikehendaki oleh Allah 'Azza wa Jalla. Bahkan sekiranya ada dalil shahih yang menentukan kapan terjadinya Isra’-Mi’raj maka tidak boleh bagi kaum muslimin mengkhususkannya dengan ibadah-ibadah tertentu dan tidak boleh pula merekamerayakannya. Sebabnya, karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya radhiyallahu 'anhum tidak pernah merayakannya dan tidak pula mengkhususkan malam tersebut dengan sesuatu kegiatan.

Seandainya perayaan tersebut disyari'atkan tentu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah menjelaskannya kepada ummatnya, baik dengan perkataan ataupun dengan perbuatan. Seandainya hal itu pernah dilakukan pasti sudah diketahui dan dikenal, dan tentu para sahabat akan menukilkan kepada kita karena mereka telah menukil segala sesuatu yang bersumber dari Nabi mereka shallallahu 'alaihi wasallam, segala sesuatu yang dibutuhkan oleh ummat ini. Mereka tidak pernah lalai menyampaikan sesuatu yang berhubungan dengan Ad-Dien, bahkan mereka adalah orang-orang yang bersegera kepada setiap kebaikan. Maka seandainya perayaan peringatan pada malam tersebut disyari'atkan tentu mereka orang yang paling pertama melakukannya. . . " Sampai akhir ucapan beliau.

Seandainya perayaan tersebut disyari'atkan tentu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah menjelaskannya kepada ummatnya, . .

Hudzaifah radliyallah 'anhu berkata, "Setiap ibadah yang tidak dilakukan oleh para sahabat Rasulullah maka jangan kamu beribadah dengannya."

Said bin Jubair rahimahullah juga telah mengatakan, "Apa yang tidak dikenal oleh ahli Badar bukanlah bagian dari Ad Dien."

Ringkasnya, bahwa bid'ah yang bentuknya mengada-adakan amal baru dalam Islam dan merubah ajarannya, adalah belenggu dan beban yang menghabiskan waktu dan biaya serta membuat capek saja. Tidak ada pahala yang dipanen dan kebaikan yang dipetik. Bahkan termasuk maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya karena mengamalkan ibadah yang tidak diizinkan oleh Allah dan tidak dicontohkan oleh Rasul-Nya. Ini merupakan bentuk menyalahi keduanya. Maka benar sebuah ungkapan, "Kebaikan terletak pada itiiba' (mengikuti) orang-orang terdahulu dan keburukan adalah terletak pada kebid'ahan yang dibuat oleh generasi belakangan."

Amal bid'ah adalah belenggu dan beban yang menghabiskan waktu dan biaya serta membuat capek saja. Tidak ada pahala yang dipanen dan kebaikan yang dipetik.

Semoga Allah melimpahkan kepada kita keikhlasan dalam beribadah kepada-Nya, ittiba' (mengikuti tuntunan) sunnah Nbai-Nya dan meninggal di atasnya. Semoga shalawat dan salam selalu terlimpah kepada Rasul dan Nabi kita Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya. Wallahu a'lam. .

Ditemukan Al-Quran Berusia 900 tahun di Pakistan

Al-Quran Berusia 900 tahun
Al-Quran Berusia 900 tahun di Pakistan
Seorang arkeolog Pakistan, Ghulam Malik, baru-baru ini menemukan Al-Qur’an berusia 900 tahun ketika melakukan perjalanan penggalian ke kota Jhelum Pakistan. Demikian dilaporkan harian Express Tribune.

Seorang lelaki tua memberikan pada saya sebagai hadiah di sebuah shelter di pebukitan,” Malik menyatakan seperti di kutip harian itu.

“Seorang pria tua memberikan ini kepada saya sebagai hadiah di sebuah penampungan di perbukitan,” kata Malik. “Dia mengatakan kepada saya bahwa mereka punya kitab suci dalam keluarga selama berabad-abad yang diberikan oleh nenek moyang mereka..”

Naskah 900 tahun ini ditulis pada papirus, yang pertama kali diciptkan dan dibuat oleh orang-orang China sebelum penciptaan kertas modern.

Menurut arkeolog, temuan Al-Quran ini ditulis oleh Sirajuddin Abu Tahir Muhammad bin Muhammad bin Abdur Rasheed pada abad ke-12 M.

Benda bersejarah dengan seni kaligrafi yang indah ini berbobot sekitar 5 kilogram dan berisi 1200 halaman, walaupun pada beberapa halaman tulisan tangannya mengabur karena usia yang sudah tua.

Para ahli memperkirakan bahwa naskah ini adalah karya tiga ahli kaligrafi yang menghasilkan salinan Al-Quran hanya dalam waktu satu tahun.


Keyword's : Temuan Al-Quran, Al-Quran, Berusia, Pakistan, al quran ditemukan, Museum, Sejarah alquran, Benda bersejarah, Sirajuddin abu tahir muhammad, Naskah 900 tahun, Ghulam Malik, Kitab suci, Seni kaligrafi

Memberi Nama Anak Dengan Nama Kakeknya

BAYI
Memberi Nama Anak Dengan Nama Kakeknya
Di Indonesia, jarang kita temukan seseorang memberi nama anaknya seperti nama bapaknya. Mungkin saja kalau ini ada, bisa menimbulkan tanda tanya. Padahal tradisi seperti ini tidak asing pada zaman Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan para sahabatnya serta abad-abad sesudahnya. Tidak sedikit dari para ulama memberikan nama anaknya dengan nama bapaknya.

Sesungguhnya memberi nama anak dengan nama bapaknya (kakek dari si anak) adalah sesuatu yang masyru' dalam Islam, karenanya tidak boleh diingkari. Apalagi kalau kakeknya tersebut sebagai orang shalih dan berharap anak tadi menjadi seperti kakeknya. Karena nama, disamping sebagai panggilan juga sebagai doa.

Terdapat dalam Shahih Muslim dan lainnya, dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu, Rasullullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

وُلِدَ لِي اللَّيْلَةَ غُلَامٌ فَسَمَّيْتُهُ بِاسْمِ أَبِي إِبْرَاهِيمَ

"Malam tadi aku dianugerahi seorang bayi laki-laki, segera aku namai ia dengan nama bapakku, yakni Ibrahim." (HR. Muslim)

Pernyataan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam di atas yang menamakan anak beliau dengan nama bapaknya, Ibrahim, tidak bertentangan dengan kesepakatan bahwa nama bapak kandung beliau adalah Abdullah. Abdullah adalah bapak kandungnya secara langsung, sementara Nabi Ibrahim 'alaihimas salam adalah bapak dari kakek-kakeknya. Beliau adalah bapak dari Nabi Ismail 'alaihimas salam, sementara Ismail adalah bapak (moyang) dari bangsa Arab 'And yang nasab suku Quraisy berujung padanya. Dan Quraisy adalah suku/kabilah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Sementara dalam kebiasaan bangsa Arab, kakek disebut sebagai bapak sebagaimana firman Allah tentang ucapan Nabi Yusuf 'alaihis salam:

وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ آَبَائِي إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ

"Dan aku mengikut agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan Yakub." (QS. Yusuf: 38)

Dan juga sebagaimana firman Allah Ta'ala tentang ucapan lisan Nabi Ya'kub 'alaihis salam:

كَمَا أَتَمَّهَا عَلَى أَبَوَيْكَ مِنْ قَبْلُ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبَّكَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

"Sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Yusuf: 6)

Nabi Ibrahim dan Ishaq dalam dua ayat di atas merupakan kakek dari Nabi Yusuf 'alaihis salam, bukan sebagai bapak kandung langsung. Bapak kandung beliau adalah Ya'kub 'alaihis salam.

Pemberian nama anak dengan nama kakeknya (bapak dari sang ayah) telah dilakukan oleh seorang salafus shaleh, al-Husain bin Ali Radhiyallahu 'Anhuma telah menamai anaknya Ali (Zainal Abidin) yang merupakan nama ayahnya Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhu.

Jadi memberi nama anak dengan nama bapaknya (kakek dari sang anak) bukan sesuatu yang dilarang, tapi termasuk sesuatu yang dibolehkan. Apalagi tradisi semacam itu telah dilakukan para pendahulu dari umat ini yang shalih. Wallahu Ta'ala a'lam.


Keyword's : Memberi, Nama, Anak, Kakek, Memberi nama, Nama anak, Nama kakeknya, Nama anak wanita, Nama anak pria, Nama anak dalam islam, Nama islam, Anak solehah, hukum memberi nama anak

Monday 13 June 2011

Pendeta AS Ramalkan Kiamat Hari Ini

Pendeta AS Ramalkan Kiamat Hari Ini Jam 6 Sore, Saksikan Kebohongannya.
Pendeta
Berdasarkan ayat Bibel, seorang pemuka Kristen meramalkan kiamat akan jatuh pada hari Sabtu jam 6 sore, 21 Mei 2010. Jangan percaya, pasti meleset!!!

“Judgment Day May 21, 2011. The Bible Guarantees it!” (Hari Penghakiman akan tiba 21 Mei 2011. Alkitab (Bibel) Menjamin Kebenarannya!"

Demikian slogan yang tertera di halaman depan web radio yang meramalkan kiamat akan tiba beberapa hari lagi.
 Sebuah ayat Bibel dijadikan dalil untuk menjustifikasi ramalannya.

“Blow the trumpet, warn the people” (Tiuplah sangkakala, peringatkan umat manusia),” demikian kutipan ayat Bibel yang dicomot dari Yehezkiel 33:3.

Portal yang beralamat di www.familyradio.com ini juga tak lupa membuat hitungan mundur menuju hari pembalasan itu: “03 Days Left” (3 hari lagi).

 Pemilik web ini adalah Harold Camping, seorang pemuka Kristen.

Dalam ceramah-ceramahnya, Camping getol meramalkan dunia akan kiamat tanggal 21 Mei 2011. Para pengikutnya yang tersebar di seantero Amerika pun percaya. Untuk menyongsong ramalan Kiamat itu, Harold dan para pengikutnya menyebarkan pengumuman kiamat di bus-bus, papan reklame, internet, kaos, mobil dan lain-lain. Dalam waktu singkat, ramalan itu tersebar luas.

Dalam web ini dijelaskan alasan kenapa kiamat akan tiba 21 Mei 2011. Disebutkan pada 21 Mei 2011 itu akan ada dua peristiwa besar. Yang pertama sesuatu yang indah dan yang satunya sesuatu yang mengerikan. Sebuah gempa besar yang belum pernah terjadi dalam sejarah bumi akan menelan apa saja di atasnya. Penduduk yang bisa bertahan dalam bencana besar itu akan mengalami horor dan kekacauan yang tak terlukiskan. Setiap hari mereka akan mati samapi 21 Oktober 2011 kita Tuhan benar-benar akan menghancurkan bumi.

Ketika ditanya New York Magazine apa ia cemas jika prediksinya tak terjadi, Camping menjawab, “Kiamat akan terjadi. Tuhan tak bermain dengan kita melalui Injil. Bahkan, saya tak mau memikirkan pertanyaan itu. Kiamat akan terjadi."

Camping begitu yakin kiamat akan tiba tiga hari lagi, padahal belasan tahun silam, pria kelahiran Colorado 19 Juli 1921 ini sudah pernah meramal Kiamat bulan September 1994. Tapi semua argumen ramalan yang dituangkan dalam sekitar 30 buku rohani itu meleset semua, dunia masih berputar 15 tahun hingga sekarang.

Jika memahami kandungan Alkitabnya, seharusnya umat Kristen menolak ramalan apapun tentang hari Kiamat. Sebab Yesus dalam Injil menegaskan bahwa dirinya adalah manusia biasa yang tak tahu kapan terjadinya hari Kiamat.

“Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak (Yesus, pen.) pun tidak, hanya Bapa sendiri” (Injil Matius 24:36; Markus 13:32).

Kapan datangnya hari Kiamat? Menurut Yesus dalam Injil tersebut, hanya Allah saja yang tahu. Karena Yesus bukan Allah, maka Yesus berterus terang bahwa dia juga tak tahu kapan datangnya hari Kiamat.

Umat Islam pun wajib menganggap ramalan Kristen tentang Kiamat sebagai isapan jempol alias mimpi di siang bolong. Al-Qur'an secara gamblang menegaskan bahwa hari Kiamat hanya Allah SWT saja yang tahu kapan datangnya.

“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat…” (Qs Luqman 31:34).

“Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah” (Qs. Al-Ahzab 63).

Dalam Al-Qur'an Allah menjelaskan bahwa hanya Dialah pemilik ‘kunci-kunci ilmu ghaib’ (mafatihul-ghoib): “Dan hanya di sisi-Nya lah kunci-kunci ilmu gaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia” (Qs Al-An’am 59).

Dalam hadits shahih yang diriwayatkan Abdullah bin Umar RA, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa kunci-kunci ilmu gaib tersebut ada lima macam. Beliau bersabda yang artinya:

” Kunci-kunci ghaib itu lima. Sesungguhnya hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat, dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok, dan tiada yang seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal ” (HR Bukhari).

Berdasarkan nas-nas suci, para nabi Allah tak ada yang tahu kapan datangnya hari kiamat. Jika ada pendeta yang mengaku nabi lalu meramalkan kapan datangnya hari kiamat, pasti dia seorang Nabi Palsuuuu!!!!

Jangan Sia-Siakan Usiamu

oleh Aidh Abdullah al-Qarni

Jangan Sia-Siakan Usiamu
Tiap-tiap sesuatu dapat dicari penggantinya,kecuali usia. Dan, tiap-tiap sesuatu bila telah lenyap, adakalanya dapat dikembalikan melalui suatu jalan atau lainnya, kecuali usia. Karena apa yang telah berlalu dari usia tidak dapat dikembalikan dan ia pergi untuk selamanya.

Apa yang sudah berlalu dari usia, berarti lenyap yang diharapkan masih belum pasti, dan bagimu hanyalah saat sekarang yang sedang dijalani.

Allah Ta'ala berfirman :
"Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?".(QS : Fathir : 37)

Huruf ma disebutkan dalam penggunaanny adakalanya sebagai huruf maushul yang berarti : "Dalam yang cukup untuk berpikir" atau sebagai huruf mashdar yang berarti : "Untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir" dalam kehidupan ini.

Allah Ta'ala berfirman :
"Allah bertanya : 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggi di bumi?' Mereka menjawab : 'Kami tinggal di (dibumi) sehari atau setengah hari". (QS : Al-Mu'muninun :112-113).

Allah mencela mereka malalui firman berikuktnya :
"Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi? Mereka menjawab: 'Kami tinggal (dibumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung". (QS : Al-Mu'minun : 112-113).

Allah berfirman :
"Kamu tidak tinggal (dibumi), melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui. Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya, tidak ada tuhan(yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) Arsy yang mulia". (QS : Al-Mu'muninu : 114-116)

Ibnu Abbas ra telah menceritakan bahwa Rasulullah shallahu alaihi was sallam pernah bersabda : "Ada dua nikmat yang keduanya memperdaya kebanyakan manusia,yaitu sehat dan waktu luang" (HR Muslim)

Hal yang paling menyia-nyiakan usia adalah melakukan kedurhakan. Ulama salaf yang shalih sangat antusias dalam memelihara usia dan menggunakan sebaik-baiknya. Apabila menggunakan usianya untuk maksiat, berarti lenyaplah dunia dan akhiratnya. Semoga Allah melindungi kita dari kedurhakaan.

Sesungguhnya ulama salaf dahulu menjauhi banyak hal yang diperbolehkan karna kawatir terjerumus ke dalam hal yang dimakruhkan. Berbeda dengan kita sekarang, sesungguhnyakit tidak ragu lagi mengerjakan kedurhakaan, bukan lagi sekadar hal-hal yang diperbolehkan.Semoga Allah mengampuni kita semua.

Pernah dikatakan kepada Kanzun Ibnu Wabrah, salah seorang ahli ibadah : "Duduklah bersama kami", maka ia menjawab : "Tahanlah matahari!" .Yakni agar tidak datang dan pergi menggerogoti usia.

Kita datang dan pergi untuk keperlulan kita,

Dan keperluan orang hidup iut tiada habisnya,

Akan berhentilah keperluan seseorang dengan kematiannya,

Selama seseorang masih hidup,

Perputaran siang dan malam hari,telah membuat anak kecil beruban dan oran tua mati,

Bila malam telah membuat tua siang harinya,

Datanglah sesudahnya siang hari yang muda.

Orang-orang yang menyia-nyiakan umurnya dalam kehidupan di dunia, dan durhaka kepada Allah Ta'ala, dan tidak mau bertaubat, maka hanya kebinasaan ketika nanti di akhirat, dan tidak ada lagi pintu taubat baginya. Wallahu'alam.


Keyword's : Usia, Jaga hati, Sholawat, Panjang umur, Doa umur panjang, Hati suci, Islam, Umur 100 tahun, Beribadah, Firman allah, Rahasia allah, Jaga kesehatan, Jangan Sia-Siakan Usiamu