Wednesday 30 October 2013

Adakah Doa Setelah Iqamat?

iqomat
Adakah Doa Setelah Iqamat? - Banyak di masjid-masjid kaum muslimin, mungkin kita sering menjumpai orang-orang banyak berdo'a setelah iqomat. Sebenarnya Adakah Doa Setelah Iqamat?, diambil dari Majmu’ Fatawa Ibn Baz (10/364-365) ada penanya yang menanyakan hal tersebut.

Pertanyaan: Ada seorang imam masjid yang ketika dikumandangkan iqamat, dia berdiri di mihrab dan mengucapkan:

ﺃَﻗَﺎﻣَﻬَﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺃَﺩَﺍﻣَﻬَﺎ، ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺭَﺏَّ ﻫٰﺬِﻩِ ﺍﻟﺪَّﻋْﻮَﺓِ ﺍﻟﺘَّﺎﻣَّﺔِ ﻭَﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﺍﻟْﻘَﺎﺋِﻤَﺔِ ﺁﺕِ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﺍﻟﻮَﺳِﻴْﻠَﺔَ ﻭَﺍﻟْﻔَﻀِﻴْﻠَﺔَ، ﻭَﺍﺑْﻌَﺜْﻪُ ﻣَﻘَﺎﻣًﺎ ﻣَﺤْﻤُﻮْﺩًﺍ ﺍﻟّﺬِﻱْ ﻭَﻋَﺪْﺗَﻪُ ﺇِﻧَّﻚَ ﻟَﺎ ﺗُﺨْﻠِﻒُ ﺍﻟْﻤِﻴْﻌَﺎﺩَ‏

“Semoga Allah menjadikannya tegak dan kekal. Ya Allah pemilik panggilan yang sempurna ini dan shalat yang didirikan, berilah Muhammad wasilah dan keutamaan dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan padanya. Sesungguhnya Engkau tidaklah mengingkari janji.”

Apakah doa tersebut ada riwayatnya, atau ada doa yang lain? Ataukah doa tersebut yang lebih utama?

Jawaban:
Jika muadzin selesai mengumandangkan adzan, hendaknya dia bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengucapkan:

ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺭَﺏَّ ﻫٰﺬِﻩِ ﺍﻟﺪَّﻋْﻮَﺓِ ﺍﻟﺘَّﺎﻣَّﺔِ ﻭَﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﺍﻟْﻘَﺎﺋِﻤَﺔِ ﺁﺕِ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﺍﻟﻮَﺳِﻴْﻠَﺔَ ﻭَﺍﻟْﻔَﻀِﻴْﻠَﺔَ، ﻭَﺍﺑْﻌَﺜْﻪُ ﻣَﻘَﺎﻣًﺎ ﻣَﺤْﻤُﻮْﺩًﺍ ﺍﻟّﺬِﻱْ ﻭَﻋَﺪْﺗَﻪُ (1)‏

Demikianlah yang datang dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada apa yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Shahih beliau dari Jabir bin ‘Abdillah radhiallahu ‘anhuma. Orang yang mendengarkan adzan selain muadzin juga mengucapkan doa tersebut, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ﺇِﺫَﺍ ﺳَﻤِﻌْﺘُﻢْ ﺍﻟْﻤُﺆَﺫِّﻥَ ﻓَﻘُﻮﻟُﻮﺍ ﻣِﺜْﻞَ ﻣَﺎ ﻳَﻘُﻮﻝُ (2)‏

“Jika kalian mendengar muadzin (mengumandangkan adzan) maka ucapkanlah seperti apa yang dia ucapkan.”

Hadits ini disepakati akan keshahihannya. Jika dia menambah pada doanya:

ﺇِﻧَّﻚَ ﻟَﺎ ﺗُﺨْﻠِﻒُ ﺍﻟْﻤِﻴْﻌَﺎﺩَ‏

“Sesungguhnya Engkau tidak mengingkari janji.”

Maka itu benar karena perbuatan tersebut ada dalam riwayat Al Baihaqi rahimahullah. Doa tersebut juga diucapkan setelah iqamat karena iqamat adalah adzan kedua, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ﺑَﻴْﻦَ ﻛُﻞِّ ﺃَﺫَﺍﻧَﻴْﻦِ ﺻَﻠَﺎﺓٌ (3)‏

“Di antara setiap dua adzan ada shalat.”

Adapun kalimat:

ﺃَﻗَﺎﻣَﻬَﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺃَﺩَﺍﻣَﻬَﺎ

Maka sungguh telah datang tentangnya sebuah hadits yang lemah. Yang paling utama adalah mengucapkan:

‏ ﻗَﺪْ ﻗَﺎﻣَﺖِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ‏

Seperti ucapan muadzin:

ﻗَﺪْ ﻗَﺎﻣَﺖِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﻗَﺪْ ﻗَﺎﻣَﺖِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ‏

sebagai ganti dari ﺃَﻗَﺎﻣَﻬَﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺃَﺩَﺍﻣَﻬَﺎ , karena lafadz ﺃَﻗَﺎﻣَﻬَﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺃَﺩَﺍﻣَﻬَﺎ tidaklah datang dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Cukup mengucapkan (yang sama dengan ucapan muadzin) sebagaimana dikatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ﺇِﺫَﺍ ﺳَﻤِﻌْﺘُﻢْ ﺍﻟْﻤُﺆَﺫِّﻥَ ﻓَﻘُﻮﻟُﻮﺍ ﻣِﺜْﻞَ ﻣَﺎ ﻳَﻘُﻮﻝُ (4)‏

“Jika kalian mendengar muadzin (mengumandangkan adzan) maka ucapkanlah seperti apa yang dia ucapkan.”

Yakni, mengucapkan:

ﻗَﺪْ ﻗَﺎﻣَﺖِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﻗَﺪْ ﻗَﺎﻣَﺖِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ‏

Dan pada adzan Shubuh, jika muadzin mengucapkan:

ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﻮْﻡِ‏

maka kita cukup mengatakan ucapan yang sama:

ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﻮْﻡِ ‏

Adapun pada:

ﺣَﻲَّ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ، ﺣَﻲَّ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻔَﻠَﺎﺡِ‏

Maka kita mengucapkan:

ﻟَﺎ ﺣَﻮْﻝَ ﻭَﻟَﺎ ﻗُﻮَّﺓَ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ‏

Karena khabar tentang hal tersebut telah sah datang dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa:

ﻛَﺎﻥَ ﻳَﻘُﻮْﻝُ ﻋِﻨْﺪَ )ﺣَﻲَّ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ” : ( ﻟَﺎ ﺣَﻮْﻝَ ﻭَﻟَﺎ ﻗُﻮَّﺓَ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ” ﻭَ ﻋِﻨْﺪَ )ﺣَﻲَّ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻔَﻠَﺎﺡِ( ﻳَﻘُﻮْﻝُ : ” ﻟَﺎ ﺣَﻮْﻝَ ﻭَﻟَﺎ ﻗُﻮَّﺓَ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ “‏

“Setelah (muadzin mengucapkan):‎ ﺣَﻲَّ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ , ‏

beliau berkata:‎ ﻟَﺎ ﺣَﻮْﻝَ ﻭَﻟَﺎ ﻗُﻮَّﺓَ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ‏

Dan setelah ﺣَﻲَّ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻔَﻠَﺎﺡِ ‏

beliau berkata:‎ ﻟَﺎ ﺣَﻮْﻝَ ﻭَﻟَﺎ ﻗُﻮَّﺓَ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ .” (5)‏

(Hadits riwayat Muslim dari ‘Umar bin Al Khaththab radhiallahu ‘anhu)

Footnote:
(1) Shahih Al Bukhari Al Adzan (614), Sunan At Tirmidzi Ash Shalat (211), Sunan An Nasa’i Al Adzan (680), Sunan Abu Dawud Ash Shalat (529), Sunan Ibnu Majah Al Adzan wa As Sunnah Fih (722), Musnad Ahmad bin Hanbal (3/354).

(2) Shahih Muslim Ash Shalat (384), Sunan At Tirmidzi Al Manaqib (3614), Sunan An Nasa’i Al Adzan (678), Sunan Abu Dawud Ash Shalat (523), Musnad Ahmad bin Hanbal (2/168).

(3) Shahih Al Bukhari Al Adzan (627), Shahih Muslim Shalat Al Musafirin wa Qashruha (838), Sunan At Tirmidzi Ash Shalat (185), Sunan An Nasa’i Al Adzan (681), Sunan Abu Dawud Ash Shalat (1283), Sunan Ibnu Majah Iqamatush Shalat wa As Sunnah Fiha (1162), Musnad Ahmad bin Hanbal (5/57), Sunan Ad Darimi Ash Shalat (1440).

(4) Shahih Muslim Ash Shalat (384), Sunan At Tirmidzi Al Manaqib (3614), Sunan An Nasa’i Al Adzan (678), Sunan Abu Dawud Ash Shalat (523), Musnad Ahmad bin Hanbal (2/168).

(5) Shahih Muslim Ash Shalat (385), Sunan Abu Dawud Ash Shalat (527). Sumber : "Shalat dan Urgensinya" yang diisi oleh Syaikh Abdul Aziz Ibn Baz rahimahullah